Beranda | Artikel
Tipu Muslihat Kelompok Bathiniyah
Senin, 13 September 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Tipu Muslihat Kelompok Bathiniyah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 28 Muharram 1443 H / 6 September 2021 M.

Kajian Islam Tentang Tipu Muslihat Kelompok Bathiniyah

Kaum Bathiniyah memiliki tipu muslihat yang sangat berbahaya dalam mengajak manusia kepada kesesatan. Mereka membedakan antara orang yang mudah diajak mengikuti ajaran (orang awam) dan orang yang sulit untuk diajak, yaitu kaum terpelajar. Setiap kali mendapatkan peluang untuk mengajak seseorang, maka mereka akan melihat tabiatnya terlebih dulu, siapa yang mereka hadapi. Apabila tabir orang itu condong kepada sikap zuhud, maka mereka segera mengajaknya berbuat amanah, jujur dan meninggalkan syahwat. Akan tetapi apabila orang tadi mengumbar hawa nafsu, maka mereka menegaskan bahwa ibadah merupakan suatu kebodohan, sikap wara’ adalah kedunguan, dan seorang dikatakan cerdas kalau dia mau menggapai kesenangan dunia.

Inti ajaran Bathiniyah ini adalah sesuatu yang berkebalikan dengan ajaran Islam. Tentunya untuk menarik kaum muslimin ke dalam kelompok ini ataupun dalam pemikiran mereka, maka mereka akan lihat siapa yang menjadi target/korban. Sehingga mereka bisa laris menjajakan kesesatan ataupun pemikiran-pemikiran mereka, walaupun jelas-jelas itu bertolak belakang dengan Islam.

Orang-orang yang mengikuti ajaran ini bukan hanya dari kalangan awam. Tapi juga dari kalangan terpelajar, bahkan yang memiliki gelar dan tingkat intelektual yang tinggi. Mereka terpengaruh dengan ajaran yang bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Kisah Ibnu Rawandi

Ibnu Rawandi sangat dekat dengan pengikut Rafidhah dan Atheis. Setiap diperingatkan maka dia berkilah: “Aku ingin mengetahui ajaran-ajaran mereka saja.” Ini asal mula mengapa Ibnu Rawandi akhirnya terpengaruh dan menjadi seorang Bathiniyah. Maka para ulama dahulu melarang kita duduk di majelis ahli bid’ah atau mendengarkan perkataan mereka.

Al-Imam Adz-Dzahabi menukil dari Sufyan Ats-Tsauri, bahwa dahulu para ulama senantiasa berpesan kepada murid-murid mereka, dan ini adalah pesan kepada generasi yang akan datang.

يرون أن القلوب ضعيفة، والشبه خطافة

“Mereka memandang bahwa hati itu lemah sedangkan syubhat itu sangat cepat sambarannya.”

Artinya bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Karena apabila syubhat itu sudah masuk ke dalam hati, maka susah untuk dikeluarkan. Dia akan tetap bersemayam di dalam hati itu. Dan tidak ada yang selamat kecuali orang-orang yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kita mendengar riwayat-riwayat dari para Salaf yang itu bukanlah sikap berlebihan sebenarnya. Tapi itu adalah satu pilihan. Dimana kita memilih selamat dan itu yang dipilih oleh para ulama terdahulu. Mereka tidak merasa aman dengan hati mereka yang berbolak-balik. Seperti Ayyub As-Sikhtiyani kedua telinga beliau ketika ada seorang Mu’tazilah yang ingin membacakan satu ayat. Beliau berkata: “Tidak, walaupun setengah ayat.”

Ada orang yang berkata: “Wahai Imam, apa salahnya dia membacakan satu ayat atau satu hadits?” Maka Ayyub As-Sikhtiyani menjawab: “Aku khawatir dia membacakan ayat itu lalu dia selewengkan maknanya, lalu masuk itu kedalam hatiku.” Beliau adalah seorang ahli ilmu, namun demikian beliau juga tidak merasa aman terhadap hati beliau. Lalu mengapa kita hari ini yang bukan apa-apa merasa aman mendengarkan perkataan setiap orang, mendengarkan syubhat-syubhat, seolah-olah itu tidak akan berpengaruh kepada hati kita?

Kalaulah dahulu para ulama mengkhawatirkan hati mereka, sementara kita tahu kekuatan ilmu dan hati mereka, lalu bagaimana kita? Maka menghindari mendengarkan syubhat-syubhat ahli bid’ah adalah jalan selamat, jalan yang dipilih oleh para ulama Salaf kita. Itu semua demi menjaga kemurniannya dan kebersihan hati.

Ibnul Jauzi mengatakan bahwa siapa saja yang memperhatikan keadaan Ibnu Rowandi, diapun mendapatinya termasuk pembesar kaum Atheis. Dia mengarang sebuah kitab dengan bahasan bahwa dia sudah dapat mengalahkan syariat Islam, membantah isi Al-Qur’an, menuduh Al-Qur’an penuh dengan kontradiksi, dan menyatakan ia tidak dengan bahasa Arab yang fasih. Padahal dia mengetahui betul bahwasanya orang-orang Arab yang dikenal fasih sangat terpana ketika mendengarkan Al-Qur’an.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50660-tipu-muslihat-kelompok-bathiniyah/